Friday, November 18, 2011

PARA PAHLAWANKU

by: Alfonsius J.P. Siringoringo


Memperingati Hari Pahlawan yang selalu bangsa kita rayakan setiap tahunnya, memang suatu hal yang biasa di negeri ini. 10 November seolah-olah sama keramatnya seperti 17 Agustus maupun 28 Oktober yang selalu kita rayakan. Tetapi lain halnya dengan tujuan dan maksud dari peringatan hari kebanggaan Republik ini.

Para pejuang yang berperang mengorbankan seluruh kekuatan dari dirinya untuk mengusir para penjajah dan mempertahankan keutuhan Indonesia sebagai negara yang merdeka, ternyata kurang direspon dan di apresiasi dengan baik oleh bangsa kita sendiri. Setiap tetes keringat dan darah yang tercurah dari diri para pejuang kita, telah memberikan makna dan arti bagi setiap perjuangan bangsa ini dalam memperebutkan serta mempertahankan kemerdekaan. Satu impian yang para pejuang kita harapkan hanyalah: agar anak-cucunya dapat hidup tenang, sejahtera dan bersatu sebagai negara yang merdeka.

Para pejuang kita telah menitipkan bangsa ini terhadap generasi setelah mereka, agar bangsa ini tetap bertahan sebagai negara yang merdeka, bebas dari penjajahan bahkan menjadi negara yang besar dan makmur di mata dunia. Mereka memberikan kepercayaannya bagi kita untuk melanjutkan perjuangan keras mereka.

Setelah 66 tahun merdeka, bangsa ini terus maju dan berkembang menyaingi negara-negara besar di dunia, seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Jerman dan lainnya. Meskipun di dalam proses dan perjalanan perkembangan bangsa ini terdapat gonjang-ganjing dan kesemrawutan di dalam pemerintahannya, tetapi sampai sekarang bangsa ini masih mampu bertahan dari permasalahan yang menimpa negara-negara di dunia.

Perkembangan yang terlihat dari bangsa ini, ternyata tidak dirasakan langsung buah manisnya oleh “para pejuang” kita yang telah rela berkorban mempertaruhkan nyawanya demi kemerdekaan bangsa kita hingga saat ini. Sangat banyak pejuang yang telah gugur di medan perang, tetapi tidak sedikit juga yang masih dapat bertahan selama perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Meskipun masih ada yang dapat bertahan hidup hingga saat ini, terdapat pula yang hidup dengan cacat fisik akibat perjuangan yang telah mereka lakukan dalam sejarah bangsa ini.

Perjuangan yang telah mereka lakukan terhadap bangsa ini, ternyata tidak semuanya ditanggap positif. Mengapa? Karena mereka dibiarkan begitu saja oleh bangsa kita, tidak diurus dan diperhatikan, malah dibiarkan begitu saja bagaikan cerita angin lalu yang berhembus. Apakah ini balasan yang sepatutnya kita berikan bagi mereka? Dimana letak hati nurani generasi saat ini? Tidakkah Anda sadar bahwa perbuatan yang kita lakukan ini telah melukai hati terdalam dari para pejuang kita? Inikah balasan yang harus mereka terima, hanya sekedar mendapat selembar kertas penghargaan dari negara tanpa adanya tindakan/respect dari bangsa kita? Mereka pun hanya sekedar menyimpan kertas tersebut di dalam lemari hingga berdebu atau pun hanya sebagai hiasan tembok rumah sederhana mereka yang hampa. Begitu kejinya balasan yang harus mereka terima atas perbuatan mulia yang telah mereka lakukan demi kesenangan dan kebahagiaan anak-cucunya di masa yang akan datang.

Mereka sedih melihat perpecahan terhadap anak cucunya dan saling memusuhi satu sama lain hanya karena ideologi-ideologi dari setan yang mengajarkan kebencian dan permusuhan terhadap ketenteraman dan kesatuan umat manusia. Mereka menangis melihat keadaan bangsa saat ini yang bobrok integritasnya, KKN merajalela, banyaknya pulau-pulau yang lepas dari NKRI, serta dipecundanginya bangsa ini oleh negara lainnya yang menyebut bangsa kita sebagai bangsa babu! Dimana harga diri kita,hei generasi?


Hei manusia, sadarlah engkau, mereka tidak butuh tanda jasa, apalagi selembar kertas yang tidak tahu untuk apa akan mereka gunakan. Mereka hanya butuh perhatian dari kita. Mereka hanya ingin diperhatikan, itu saja, tidak lebih!!!


Belumkah kita sadar betapa sakitnya hati mereka ketika mereka masih menanggung beban hidup yang berat ini tanpa adanya perhatian dari kita. Di masa tua mereka pun, mereka masih tetap semangat untuk bekerja sebagai tukang becak, jualan es, makanan tradisional, bahkan pengumpul rumput dan kayu untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Hanya ucapan syukur kepada Sang Ilahi lah yang mereka ucapkan ketika bisa makan sekali dalam satu hari. Nasib seperti inikah yang harus selalu mereka tanggung setiap hari? Sungguh tak sebanding dengan perjuangan yang telah mereka perbuat selama hidup mereka.

Senyum, tabah dan selalu bersyukur..... hanya itulah prinsip hidup yang mereka pertahankan selama ini melihat sikap dan balasan dari bangsa yang telah mereka bela dan perjuangkan. Sungguh mulia perbuatanmu Para Pahlawanku. Doa yang selalu engkau titipkan kepada Sang Ilahi untuk memberkati bangsa ini, sungguh tak ternilai harganya melebihi apapun.

INI SAATNYA BAGI GENERASI MUDA BERSATU UNTUK BERTINDAK SEBAGAI PENGGERAK KEMAJUAN BANGSA INI KE DEPANNYA. JANGAN ADA LAGI PERPECAHAN, SANGAT BANYAK TANTANGAN DI DEPAN MENANTI KITA SAHABAT, MARI KITA LANJUTKAN PERJUANGAN MEREKA, DENGAN MEMULAI DARI HAL YANG KECIL HINGGA YANG BERDAMPAK BESAR. KITA BISA! YAKINLAH IMPIAN KITA DI DEPAN AKAN TERCAPAI.


UT OMNES UNUM SINT



Monday, October 24, 2011

DISKUSI UMUM EKSTERNAL


SYALOM.
GMKI Komisariat UNPAD mengadakan Diskusi Umum Bidang Eksternal tentang "SUMPAH PEMUDA" dengan tema “Pemuda sebagai mahasiswa dan aktivis”.
Datang dan ikutilah diskusi terbuka ini, bertempat di SC GMKI Cab Bandung, Jl. Ir. H. Djuanda 109, pada hari Selasa, 25 Oktober 2011 pukul 18.30 WIB.
Dengan pembicara: Ulwan Maluf (Wakil Ketua BEM FH UNPAD) dan Abram Christopher Sinaga (Aktivis Mahasiswa ITB).
Terbuka untuk umum.

UT OMNES UNUM SINT



Monday, October 10, 2011

KONFERCAB XXXVI GMKI CABANG BANDUNG

Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga GMKI, Konferensi Cabang bertugas;
a. Menilai laporan Badan Pengurus Cabang(BPC) dalam melaksanakan Keputusan Kongres, Keputusan Pengurus Pusat dan Keputusan Konferensi Cabang.
b. Menyusun Program Kerja, menetapkan struktur, kebijaksanaan dan anggaran pendapatan dan belanja cabang.
c. Menetapkan masa kerja kepengurusan dan memilih Badan Pengurus Cabang.


Konfercab ke-XXXVI GMKI Cabang Bandung yang dilaksanakan pada 7-9 Oktober 2011 kemarin, berhasil menampung, menyusun serta merumuskan pemikiran seluruh para peserta yang hadir dalam acara tersebut mengenai kinerja dari GMKI BPC Bandung untuk kepengurusan selanjutnya. Di hari pertama, yaitu Jumat,7 Oktober 2011, telebih dahulu diadakan KSL Internal GMKI, yang kemudian dilanjutkan kepada acara pembukaan Konfercab yang dihadiri langsung oleh Pengurus Pusat(PP), KNPI Jabar serta perwakilan senior GMKI Cabang Bandung, yaitu dr. Arthur Tobing.


Persidangan dalam Konfercab berlangsung dengan aman dan tertib, meskipun sempat beberapa kali terjadi ketegangan, baik itu antara peserta sidang dengan Badan Pengurus Cabang maupun antara Pengurus Pusat dengan peserta secara langsung. Namun hal tersebut dapat diselesaikan secara langsung dengan kepala dingin dan tidak mengutamakan ego pribadi. Bang Arthur Tobing yang sebelum membuka Konfercab, sempat memberikan kata sambutan kepada seluruh peserta yang hadir. Bang Arthur menyampaikan banyak hal dan motivasi yang membangun dalam kata sambutannya, mulai dari membandingkan antara GMKI di masanya dahulu dengan GMKI di masa yang sekarang, lalu memberikan nasihat kepada seluruh peserta sidang agar mengikuti sidang dengan baik dan mentaati tata tertib yang akan disepakati dalam konfercab tersebut, serta jangan membiasakan budaya ribut, banting kursi dan meja seperti yang biasa dilakukan dalam persidangan-persidangan sebelumnya.


Meskipun di hari pertama dan kedua terjadi kemelorotan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, tetapi di hari terakhir persidangan selesai sesuai dengan jadwal acara yang telah ditetapkan panitia sebelumnya. Adapun Majelis Ketua dalam Konfercab kali ini yaitu Frans Lukas (BPC), Alfonsius Siringoringo dan E. Acantari
Di hari terakhir, yaitu Minggu,9 Oktober, terlebih dahulu diadakan Ibadah Minggu yang dibawakan oleh salah satu senior GMKI angkatan 1965 yang berasal dari STT HKBP Nommensen. Senior yang berasal dari Tanah Batak tersebut sempat memberikan kesaksian mengenai dirinya dan GMKI, serta membandingkan GMKI dahulu dengan sekarang, dimana GMKI di masa lalu lebih terkenal dan dikenal akan kekuatan ke-Kristenan serta pergerakannya, beda dengan GMKI sekarang yang sudah mulai tidak terdengar lagi suaranya.


Singkatnya, terpilihlah saudara Sahat Martin Philip Sinurat(ITB) secara aklamasi sebagai Ketua Cabang serta saudara Ericko Sinuhaji(UNPAD) sebagai Sekretaris Cabang GMKI Bandung Masa Bakti 2011-2012. Kemudian di posisi BPK yaitu Syella Desy(UNPAD) dan Paulus Lubis(UNPAD).

Saturday, September 24, 2011

HUKUM SEBAGAI SUATU ILMU


RANGKUMAN BSPH

Selasa, 20 September 2011.
Pembicara : Paulus Lubis

TOPIK : Hukum Sebagai Suatu Ilmu.


Sangat banyak sekali definisi mengenai hukum yang dikemukakan oleh para ahli hukum dan siapapun itu, tetapi tidak ada suatu definisi pun yang pasti untuk menggambarkan apa itu hukum yang sebenarnya. Oleh sebab itu, maka benarlah pendapat dari Immanuel Kant yang menyatakan bahwa tidak mungkin orang membuat definisi apa sebenarnya hukum itu, karena hukum itu banyak/luas seginya dan meliputi segala macam hal.

Prof. Mochtar berpendapat : Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman (kesewenangan). Kekuasaan dalam hal ini yaitu negara yang dijalankan oleh Pemerintah dan aparatur negara yang memiliki wewenang. Hukum dan negara merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling berhubungan erat untuk tercapainya kedua tujuan komponen tersebut. Dimana tujuan dari hukum itu sendiri yaitu keadilan, ketertiban dan kebenaran, sedangkan tujuan dari negara, khususnya negara Republik Indonesia, yaitu berdasarkan Pembukaan UUD 1945. Dan bukan berarti oleh eratnya kedua komponen tersebut, maka kesewenangan dapat dilakukan oleh Pemerintah, karena pada hakikatnya hukum itu tidak pandang bulu, dimana Pemerintah pun harus taat pada hukum yang ada.

Untuk mencapai tujuan dari negara tersebut, maka negara berhak untuk mengatur Warga Negaranya dengan menggunakan hukum melalui wewenang yang dimiliki. Untuk mewujudkan tujuan negara tersebut, dibutuhkan partisipasi aktif dari Warga Negara, dimana kita pun secara tidak langsung telah memberikan sebagian hak kita kepada negara (kontrak sosial) untuk mengaturnya demi kepentingan negara kita.

Keadilan adalah hakikatnya bentuk ketidakadilan, karena keadilan itu subjektif dan bersifat abstrak.

Saturday, May 7, 2011

Koran Komisariat UNPAD Mei

Sejarah Hari Buruh

May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.

Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan masyarakat".

Pada tahun 1881, McGuire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan McGuire sebagai Sekretaris Umum dari "United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America". Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh negara. McGuire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur.

Pada tanggal 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya.

Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.

Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres merubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia.

Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872, menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.

Peristiwa Haymarket



Peristiwa Haymarket, Polisi menembaki para demonstran disusul dengan perlawanan dari kaum buruh.

Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei.

Pada tanggal 4 Mei 1886. Para Demonstran melakukan pawai besar-besaran, Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal dikenal sebagai martir. Sebelum peristiwa 1 Mei itu, di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para pemilik modal.

Kongres Sosialis Dunia

Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi:

Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis.

Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.

Hari buruh di Indonesia

Indonesia pada tahun 1920 juga mulai memperingati hari Buruh tanggal 1 Mei ini.

Tapi sejak masa pemerintahan Orde Baru hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia, dan sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur untuk memperingati peranan buruh dalam masyarakat dan ekonomi. Ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan paham komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan di Indonesia.

Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day masuk kategori aktivitas subversif, karena May Day selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak pas, karena mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.

Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota.

Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori "membahayakan ketertiban umum". Yang terjadi malahan tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan May Day adalah subversif dan didalangi gerakan komunis.

2006

Aksi May Day 2006 terjadi di berbagai kota di Indonesia, seperti di Jakarta, Lampung, Makassar, Malang, Surabaya, Medan, Denpasar, Bandung, Semarang, Samarinda, Manado, dan Batam.

Di Jakarta unjuk rasa puluhan ribu buruh terkonsentrasi di beberapa titik seperti Bundaran HI dan Parkir Timur Senayan, dengan sasaran utama adalah Gedung MPR/DPR di Jalan Gatot Subroto dan Istana Negara atau Istana Kepresidenan. Selain itu, lebih dari 2.000 buruh juga beraksi di Kantor Wali Kota Jakarta Utara. Buruh yang tergabung dalam aksi di Jakarta datang dari sejumlah kawasan industri di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang tergabung dalam berbagai serikat atau organisasi buruh.

Sumber : Wikipedia



Hari Pendidikan Nasional di Mata Ki Hajar Dewantara

Hari pendidikan nasional adalah hari dari jati diri bangsa dimana hari pendidikan bisa menggambarkan atau ruh dari bangsa kita,bangsa yang besar adalah bangsa yang peduli akan pendidikan,dan pendidikan adalah modal awal dari perkembangkan bangsa.

Berbicara tentang pendidikan pasti kita mengenal sosok tentang Ki Hajar Dewantara,dengan itu saya akan mengupas tentang perjalanan Ki Hajar Dewantara dan Hari pendidikan nasional nya Apa,Mengapa,Dan Bagaimana Pendidikan Nasional Dipandangan Ki Hajar Dewantara.

“TANAH air kita meminta korban. Dari di sinilah kita, siap sedia memberi korban yang sesuci-sucinya… sungguh, korban dengan ragamu sendiri adalah korban yang paling ringan… memang awan tebal dan hitam menggantung di atas kita. Akan tetapi percayalah di baliknya masih ada matahari yang bersembunyi… kapan hujan turun dan udara menjadi bersih karenanya?”

(Ki Hadjar Dewantara).

Siapa yang gak kenal sosok tokoh pendidikan Bapak Ki Hadjar Dewantara, tokoh yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar yang bernama asli R.M. Suwardi Suryaningrat merupakan tokoh pendidikan nasional. Aktivitasnya dimulai sebagai jurnalis pada beberapa surat kabar dan bersama EFE Douwes Dekker, mengelola De Expres. Ki Hadjar pun aktif menjadi pengurus Boedi Oetomo dan Sarikat Islam. Selanjutnya bersama Cipto Mangun Kusumo dan EFE Douwes Dekker — dijuluki ”Tiga Serangkai” — ia mendirikan Indische Partij, sebuah organisasi politik pertama di Indonesia yang dengan tegas menuntut Indonesia merdeka. Pada zaman Jepang, peran Ki Hadjar tetap menonjol. Bersama Soekarno, Hatta, dan Mas Mansur, mereka dijuluki “Empat Serangkai”, memimpin organisasi Putera. Ketika merdeka, Ki Hadjar menjadi Menteri Pengajaran Pertama.

Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Yang pada intinya bahwa seorang pemimpin harus memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi panutan bagi bawahan atau anak buahnya.

Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang aratinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya. Banyak pimpinan saat ini yang sikap dan perilakunya kurang mencerminkan sebagai figur seorang pemimpin, sehingga tidak dapat digunakan sebagai panutan bagi anak buahnya. Sama halnya dengan Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seorang peminpin ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat kerja anggota bawahanya. Karena itu seorang pemimpin juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja. Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh bawahan, karena paling tidak hal ini dapat menumbuhkan motivasi dan semangat kerja.

Untuk mengenang jasa beliau, maka PERINGATAN Hari Pendidikan Nasional 2 Mei tidak bisa dipisahkan dari sosok Ki Hadjar Dewantara, tokoh yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia. Semoga kita sebagai generasi muda bisa melanjutkan cita-cita beliau, dan dapat mengamalkan ajaran yang telah diberikan.

Sumber : m4ns.wordpress.com



Taat = Sukses



Lukas19 : 17

"Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota."



Bacaan Kitab: Mazmur 68; Markus 12; Bilangan 19-20



Di sebuah sekolah taman kanak-kanak dilakukan penelitian yang menarik. Penelitian ini memakai siswa satu kelas sebagai sampelnya. Seorang guru di kelas itu berkata, "Anak-anak, ibu menaruh kue dan permen ini di atas meja. Ibu ada keperluan di kantor. Nanti kalau ibu kembali, ibu akan bagikan semua kue dan permen ini pada kalian."

Tanpa sepengetahuan anak-anak, para peneliti memasang monitor CCTV yang dipakai untuk melihat apa saja yang dilakukan anak itu. Begitu sang guru keluar, beberapa anak segera mengambil kue dan permen. Sebagian anak awalnya ragu, tetapi melihat sikap teman yang lain mereka pun ikutan mengambil. Hanya sedikit anak yang taat dan tetap duduk di bangkunya. Dengan cermat para peneliti mencatat perilaku setiap anak.

Tiga puluh tahun kemudian, mereka mengadakan penelitian ulang terhadap anak-anak tersebut. Ternyata, anak-anak yang dulu taat sekarang jadi orang yang berhasil dan sukses. Sedangkan yang tidak taat menjadi orang yang gagal, baik dalam rumah tangga maupun karir yang mereka bangun.

Seringkali kita hanya mau taat jika itu menyangkut hal-hal besar. Untuk perkara yang kecil kita sering menganggap sepele sehingga menggampangkan dan berlaku seenaknya. Kita sudah menjungkirbalikkan hukum yang sebenarnya. Itulah mengapa Tuhan Yesus berkata, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." (ayat 10). Firman-Nya mengajarkan kita, setialah lebih dulu untuk hal-hal kecil, hal-hal yang kelihatannya sederhana, sebelum kita bisa dipercayakan untuk hal yang lebih besar.

Jadi, apapun yang Tuhan percayakan pada kita hari-hari ini, setialah mengerjakannya. Sehingga Tuhan pun bisa memakai kita sebagai ‘alat' di tangan-Nya, dan menjadi berkat bagi dunia ini.

Ketaatan tidak datang dengan sendiri dalam kehidupan manusia, perlu latihan agar ia tertanam dalam hidup kita.





Berhenti Menjadi Pemain Cadangan

Ibrani 12:1

Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

Bacaan Alkitab: Mazmur 145; Wahyu 1; Zakharia 9-10

Bud Wilkinson, mantan pelatih sepakbola di Universitas Oklahoma pernah menggambarkan sepakbola seperti ini, “Sepakbola di Amerika saat ini adalah 60, 70, atau 80 ribu penggemar yang butuh berolahraga yang bersorak-sorai menyemangati 22 orang pria di lapangan yang sangat membutuhkan istirahat!”

Beberapa penulis Alkitab sering menggunakan olahraga sebagai perumpamaan untuk menggambarkan kehidupan umat Allah. Dan saya sangat menyukainya karena kehidupan orang Kristen memang sudah seharusnya penuh semangat! Tidak membosankan seperti yang telah dijalani banyak orang.

Anda tahu, saya selalu berpikir salah satu pekerjaan terbaik di dunia adalah menjadi pemain cadangan di sepakbola professional. Yang Anda harus lakukan adalah duduk di bangku cadangan dan menghasilkan uang! Namun pada kenyataannya, saya tidak pernah menemukan satu orangpun pemain sepakbola yang menandatangani kontrak hanya untuk duduk sebagai penonton. Demikian juga harusnya kita sebagai orang Kristen. Kita tidak diciptakan untuk menjadi penonton yang menjerit-jerit untuk memberikan semangat. Kita lahir untuk bertanding dilapangan.

Namun banyak orang Kristen lebih suka duduk di bangku cadangan atau bahkan menjadi penonton. Mereka tidak mau keluar dari zona amannya. Mereka memang berdoa dan membaca firman Tuhan, namun mereka tidak mau taat dalam panggilan yang sudah Tuhan tetapkan bagi mereka.

Paulus menulis kepada Timotius seperti ini, “Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.”(2 Timotius 2:5). Untuk itu marilah kita melupakan apa yang telah di belakang kita dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan kita, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Filipi 3:13-14).

Jangan hanya menjadi penonton atau pemain cadangan dalam perlombaan sorgawi ini. Marilah bertanding dengan segenap hati untuk meraih mahkota seorang juara.

Saturday, April 9, 2011

Koran Komisariat UNPAD April

KESAKSIAN PASKAH

Kamu sendiri mengatakan bahwa Aku lah Anak Allah
(Lukas 14:70; 66-71)
Aku bukan siapa-siapa. Namaku bahkan tidak penting bagi siapa-siapa. Namaku selalu disebutkan sejalan dengan tugasku. Aku, sekali pun namaku tidak disebut, orang sudah tahu., karena aku adalah aku yang selalu mengerjakan kepentingan majikanku. Itu saja, karena ada banyak hal yang tidak penting mengenai aku. Yang paling penting bagiku ialah begini, “aku ada di lingkungan orang besar” karena itu, pekerjaanku, peranku, dan namaku menjadi penting, tetapi, aku tetap aku yang selalu identik dengan pekerjaanku.
Hari ini ada tugas istimewa, karena di tempat aku berkarya ada “tamu penting”, tetapi yang mengherankan ialah, aku tidak ditugasi untuk melayani tamu penting dimaksud seperti biasanya. Tidak ada air pembasuhan yang disediakan baginya untuk membasuh muka dan kaki-tangan, tidak ada handuk kering yang disediakan seperti biasanya bagi tamu terhormat itu sebagai tanda kehormatan.
Tetapi aku tahu orang itu! Betapa tidak? Aku mendengar dari banyak sumber tentang kehebatan-Nya. Ia lebih hebat dari para tabib yang terkenal di negeri ini, karena Ia menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan sekali bersabda! Kabarnya, Ia pun memberi makan kepada beribu-ribu orang, membangkitkan orang mati, dan banyak lagi pekerjaan ajaib yang dikerjakan-Nya, karena itu nama-Nya sudah sangat tersohor dikalangan banyak orang.
Bahkan barusan minggu lalu, Ia menimbulkan kehebohan besar. Ia masuk ke Kota Suci dengan mengendarai “anak keledai” yang menandakan bahwa Ia adalah Raja. Orang orang disepanjang jalan berseru, hosanna …., hosanna …., bagi Anak Daud. Jalan-jalan menjadi macet dengan kehadiran-Nya. Banyak orang yang datang dari berbagai penjuru menjelang hari Raya Besar tahun ini, terhenyak dan terkagum-kagum akan apa yang sedang terjadi. Ia menuju ke Bait Suci di mana orang biasanya beribadah. Di situ Ia membersihkannya dengan menghalau para pedagang kaki lima dan para penukar uang, sebagai lambang penyucian dan penyataan kesucian dari Sesembahan-Nya. Alasan-Nya yang paling kuat untuk mengerjakan tugas mulia itu adalah seperti yang dikatakan-Nya sendiri., “ini rumah Bapa-Ku, jangan kamu menjadikannya seperti sarang penyamun!” Sementara banyak orang kebingungan dan hiruk pikuk, Ia berseru dengan suara lantang, “kalau kamu mau, runtuhkanlah Tempat Suci ini, dan Aku akan membangunkannya dalam tiga hari.”  Seluruh rakyat terpikat kepada-Nya, dan ingin mendengarkan tentang DIA (Lukas 19:48b). Kondisi saat itu sangat genting menjelang Hari Raya Besar, dan Para Pemimpin Pemerintahan mau pun Agama menjadi ketakutan, kalau-kalau akan ada “revolusi rakyat” oleh karena tindakan serta ajaran-Nya, dan negara menjadi kacau., dan yang penting, bisnis mereka terganggu. Kalau begitu, biangnya harus dibasmi.
Aku sendiri tidak mengerti tentang semua yang sedang terjadi itu, namun yang terpenting ialah bahwa “Orang Penting” itu sekarang ada di rumah majikanku. Tetapi, aku terus bertanya, “bila “Orang Besar” itu tidak diperlakukan sebagai “tamu penting,” maka ada apa gerangan?  Aku coba-coba mencuri berita, pasang telinga! Apa yang terjadi membuatku terperangah! Tangan-Nya dibelenggu, aku, bahkan aku mendengar kata-kata dari bicara kasar yang bernada tuduhan, “Apakah Engkau adalah Mesias, Anak dari Yang Terpuji?” Pertanyaan itu sudah santer di kalangan umum, karena dari banyak kalangan aku dengar bahwa banyak orang sedang mengharapkan kedatangan Mesias, yaitu Juruselamat. Dan berita ini membahayakan posisi para pemimpin saat itu. Selanjutnya, aku bahkan tidak percaya, akan apa yang aku lihat, sesuatu yang ironis terjadi! “Orang Besar” itu ditampar, Ia diejek, dan ludahi di depan banyak orang! Hatiku sedih bercampur gundah, aku bertanya dalam hatiku, “Mengapa Orang Besar ini dihina sedahyat itu? Aku harus tahu jawabannya! Tetapi, yang paling berbahaya ialah kehadiranku ditempat penting ini. Aku harus segera minggat, kalau tidak, bila kedapatan, aku bakalan digampar, dipecat.
Aku terus memutar otak, dari siapa aku dapat memperoleh jawaban atas keanehan yang aku saksikan ini? Mengapa “Orang Besar” yang aku tahu adalah “Orang Benar” itu diperlakukan dengan semena-mena? Aku terus menyelinap ke luar. Apakah di halaman di bawah sana aku dapat memperoleh jawabannya tentang apa yang aku ingin tahu dari seseorang? Aku membinarkan mataku memandang sekeliling. Aku sudah terbiasa menyaksikan kehadiran banyak orang di tempat majikanku, di  pasar, dan di tempat di mana aku menyertai “nyona besar-ku”.
Aku tatap orang-orang di halaman itu satu-satu. Mataku tertumbuk kepada seseorang.  Badannya kekar, tinggi, besar dan wajahnya brewokan. Dugaan kuatku ialah bahwa ia tentu tidak berasal dari daerah sekitar sini. Sangat mungkin ia berasal dari daerah sekeliling danau terkenal di sebelah utara itu. Aku bahkan bisa menduga apa saja pekerjaannya, karena aku pernah melihatnya, minggu lalu kalau tidak salah.
Tetapi yang paling penting ialah bahwa aku bisa memperoleh jawaban dari orang ini. Aku bisa membayangkan tentang orang ini tatkala aku melihat ia tampil gagah mendampingi Orang Besar di dalam sana itu. Aku masih ingat, saat Orang Besar itu memasuki Kota Suci menunggang keledai dan terjadi kemacetan besar di jalan-jalan, orang laki-laki kekar ini tampil perkasa sebagai layaknya kepala “body guard” sambil menghalau kerumunan orang yang menghalang jalan bagi Tuan-nya. Hebat nian laki-laki ini!
Aku terhenyak, dari lamunanku! Aha, aku kira aku bisa memperoleh jawaban tentang Beliau di dalam itu dari pada laki-laki ini. Laki-laki kekar itu berangsut pindah mendekat ke api unggun untuk berdiang, maklum hari semakin larut dan dingin pula. Bagaimana mendekati dia? Aku pura-pura membenahi api unggun itu di mana ia berdiang. Aku dekati laki-laki itu, kutatap wajahnya yang sangar dan memberanikan diriku untuk membuka percakapan. “Om, aku lihat engkau biasa selalu bersama-sama dengan “Orang Penting” (dari Nazaret) itu! Aku pasti tidak salah kenal, Om selalu terlihat bersama-sama dengan Dia, khususnya minggu yang baru berselang, aku menyeletuk penuh keyakinan. Dan, aku menunggu! Tahukah Anda, apa jawabannya? Jawabannya bagi telingaku bagaikan sambaran petir di siang bolong yang menggelegar. “Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa yang engkau maksud.” Haa? Inikah jawabnya? Aku pikir aku salah dengar. Aku bertanya sendiri dalam hatiku, inikah jawabannya? Mengapa ia sudi menjawab seperti itu? Hatiku terguncang, aku kecewa. Aku pikir orang ini akan seberani penampilannya di jalan itu sewaktu mendampingi Orang Besar itu. Ternyata ia cuma ayam sayur, berjiwa krupuk, tidak teguh, pengecut! Aku terus penasaran, aku berpikir, “apakah laki-laki ini tidak sadar dan tidak mengerti bahwa hubungan dekatnya dengan Orang Besar itu adalah hak istimewa dan kepercayaan istimewa?” Aku bahkan iri padanya, karena hubungannya dengan Orang Besar itu.
Tetapi, mengapa ia tidak berani teguh mempertahankan identitas hubunganya dengan orang besar itu?  Apa yang salah padanya? Tidak ada jawaban. Selanjutnya aku mulai mengkritik dia dalam hati ku. Aku berbicara sendiri, “macam apa orang ini?” Dia ini orang rendah, orang tidak punya prinsip, orang plin-plan, orang yang tidak tahu diri, orang hina! Aku semakin penasaran, aku menguntit dia terus walau pun ia berusaha menjauhi aku. Ia berupaya menghindar dengan “pergi ke serambi muka” dekat dengan tempat Orang Besar itu diinterogasi. Dia pikir sudah aman di situ. Aku terus mendekati dia, dan kupikir, hah, ini saat yang tepat untuk mendesak dia. Aku menarik perhatian banyak orang di tempat itu dengan menyaringkan suaraku. Hei, dengar, “orang ini adalah salah seorang dari mereka.” Ia berupaya keras untuk menyangkal lagi. Tetapi, orang-orang yang berada di tempat itu mulai memihak kepadaku. Mereka berkata, “Engkau ini pasti salah seorang dari mereka, apalagi engkau orang yang berasal dari danau besar itu!” Kemudian, aku menyaksikan pancaran kengerian pada wajah laki-laki itu! Bahkan aku mendengar kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan oleh orang seperti dia itu. Ia berani menipu, mungkin karena ketahutan, ia mulai menyangkal bahwa ia adalah salah seorang dari pengikut Orang Besar yang mulia itu. Ia membela diri dengan mengutuk dan bersumpah. Coba anda bayangkan apa yang dikatakannya, “Aku tidak mengenal orang yang kau sebut-sebut ini.” Hatiku semakin galau, aku mulai menghakimi laki-laki itu dengan sengit dalam hatiku. Ini orang yang tidak tahu diri, orang yang tidak kenal diri, orang yang tidak menghargai hubungan dengan orang lain, orang yang takabur, orang yang bobrok imannya!
Aku kemudian terhenyak sendiri, orang macam apa aku ini? Jangan-jangan aku mulai linglung sendiri, sok mengkritik orang lain! Bagaimana kalau aku sendiri dikritik? Tetapi aku kemudian berkesimpulan, “ah, biasa, dasar manusia, semuanya sia-sia!” Hei, jangan-jangan aku sendiri yang ngantuk dan terdorong karena penasaran saja karena ingin tahu berita tentang Orang Besar dari laki-laki konyol itu, dan ternyata ia tidak teguh bersaksi tentang hubungan istimewanya dengan DIA, Orang Besar itu. Kasihan!!! Aku kemudian tersentak dari lamunanku, karena kudengar ayam berkokok untuk kedua kali. Ini tentu sudah larut, hari menjelang pagi. Tetapi aku kemudian terpana dan terhenyak, tatkala kulihat suatu adengan penuh kuasa, tatkala kusaksikan sorotan mata suci dari Orang Besar itu, yang menoleh dan memandang kepada laki-laki itu. Mata suci Orang Besar itu begitu tajam menusuk sampai ke batin laki-laki itu. Kusaksikan keguncangan jiwa yang hebat, terpancar pada wajahnya oleh tatapan Mata Suci itu. Ia luluh dibawah tatapan Mata Suci itu, ia hancur dan berangsut pergi ke dalam keremangan pagi. Kukuntit dia lagi, aku ingin mengetahui apa yang terjadi padanya. “Ia menangis terseduh sedan.” Ia rupanya menyesal karena telah menyangkal “Junjungan-nya yang mulia itu.”
Menyaksikan adengan itu, aku mulai berubah pikiran. Kusimpulkan sendiri bahwa laki-laki itu pasti ada hubungan dekat dan intim dengan Orang Besar itu. Ia sekarang menyadari kesalahannya, ia bertobat. Rasanya ia mulai bangkit dari kekerdilan jiwanya, keluar dari kekecilan hatinya. Sepertinya ia mulai siap untuk mempertahankan kesaksianya, bahwa ia dekat dengan Orang Besar Yang Benar itu, orang yang dinista walau pun tidak berdosa, orang yang dihina dan direndahkan dengan semena-mena. Namun, dengan satu tatapan suci Ia membaharui hidup laki-laki yang porak poranda itu! Luar biasa!
Kini aku bertanya kepada diri sendiri, apa yang dapat kupelajari dari pengalaman suci di pagi yang remang ini? Paling tidak ada dua hal yang dapat kupelajari dari pengalaman enkonter dengan DIA, yaitu: Pertama, Hubungan dengan Orang Besar itu adalah hak istimewa, yang merupakan dasar kuasa untuk bertahan menghadapi tekanan, ancaman bahkan godaan dalam hidup. Kedua, hubungan dengan Orang Besar itu merupakan anugerah khusus untuk mengalami pembaruan yang membawa pertobatan sejati, mengalami revitalisasi untuk bangkit, teguh dan menjadi saksi-Nya. Salam Paskah.
By : Pdt. Yakob Tomatala

Faith
Maria kecil yang berusia sepuluh tahun tinggal do sebuah desa pinggiran kota di Chili tengah. Ketika ibunya menginggal, Maria menjadi ibu rumah tangga, merawat ayahnya yang bkerja giliran malam di sebuah pertambangan lokal. Maria memasak, membersihkan rumah, dan memastikan bahwa makanan ayahnya sudah siap saat ia meninggalkan rumah untuk bekerja setiap malam.

Maria mengasihi ayahnya dan khawatir melihat betapa ia menjadi begitu sedih sejak kematian ibunya. Maria pergi ke gereja setiap m,inggu dan merusaha mengajak ayahnya untuk pergi bersamanya, tetapi ia menolak. Hatinya terlalu kosong.

Suatu malam, sementara Maria menyiapkan makanan untuk ayahnya, ia menyelipkan sebuah Injil kecil ke kotak makanannya. Ia mendapat Injil kecil itu dari seorang pekerja misionari yang membagikannya dari rumah ke rumah di daerah mereka. Maria berdoa agar ayahnya membacanya dan memperoleh penghiburan seperti yang telah Maria temukan dalam kasih Allah yang besar.

Pada pukul 01.10 pagi Maria tiba-tiba terbangun karena suara yang mengerikan, peluit darurat di pertambangan itu meraung dalam kegelapan, memanggil para penduduk kota untuk segera datang dengan cangkul dan tangan yang siap untuk membantu menggali para penambang yang terjebak di gua bawah tanah.

Maria berlari ke tambang untuk mencari ayahnya. Beberapa orang dengan panik menggali reruntuhan terowongan yang ambruk dan mengurung delapan orang. Salah satunya adalah ayah Maria.

Para petugas darurat bekerja sepanjang malam dan akhirnya berhasil menembus sebuah gua kecil dimana mereka menemukan para penambang itu. Sungguh sayang, mereka sudah terlambat. Ke delapan pria itu telah meninggal karena tidak bisa bernafas.

Para petugas penyelamat itu sangat menyesal, tetapi saat mereka mengamati keadaan, mereka melihat bahwa para penambang itu meninggal dalam posisi duduk membentuk lingkaran. Saat para petugas melihat lebih dekat, mereka menemukan bahwa ayah Maria duduk dengan sebuah Injil kecil di pangkuannya yang terbuka pada halamam terakhir di mana rencana keselamatan dijelaskan secara gamblang. Pada halaman itu, ayah Maria menuliskan sebuah pesan khusus untuk putrinya:

"Maria yang terkasih, saat kau baca pesan ini, Ayah sudah berada bersama ibumu di surga. Ayah membaca buku kecil ini, kemudian membacakannya beberapa kali kepada orang-orang ini sementara kami menunggu diselamatkan. Harapan kami akan hidup ini memudar, tetapi tidak demikian dengan hidup yang akan datang. Kami melakukan apa yang diajarkan dalam buku ini dan berdoa, meminta Yesus masuk ke dalam hati kami. Ayah sangat menyayangimu, Maria, dan suatu hari kelak, kita semua akan bersama-sama di surga.

Dick eastman, Buku "Heart for a friend"


Tersenyum Selalu
Ini adalah cerita seorang ibu yg akan menyelesaikan skripsinya. This is really a good story....

Saya adalah ibu tiga orang anak (umur 14, 12, dan 3 tahun) dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikannya diberi nama "Tersenyum". Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan tersenyum kepada tiga orang dan mendokumentasikan reaksi mereka. Saya adalah seorang yang mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang dan mengatakan "hello", jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Segera setelah kami menerima tugas tsb, suami saya, anak bungsu saya, dan saya pergi ke restoran pada suatu pagi di bulan Maret yang sangat dingin dan kering. Ini adalah salah satu cara kami dalam antrian, menunggu untuk dilayani, ketika mendadak setiap orang di sekitar kami mulai menyingkir, dan bahkan kemudian suami saya ikut menyingkir. Saya tidak bergerak sama sekali... suatu perasaan panik menguasai diri saya ketika saya berbalik untuk melihat mengapa mereka semua menyingkir.

Ketika berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang sangat menyengat, dan berdiri di belakang saya dua orang lelaki tunawisma. Ketika saya menunduk melihat laki-laki yang lebih pendek, yang dekat dengan saya, ia sedang "tersenyum".

Matanya yang biru langit indah penuh dengan cahaya Tuhan ketika ia minta untuk dapat diterima. Ia berkata "Good day" sambil menghitung beberapa koin yang telah ia kumpulkan. Lelaki yang kedua memainkan tangannya dengan gerakan aneh sambil berdiri di belakang temannya.

Saya menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental dan lelaki dengan mata biru itu adalah penolongnya. Saya menahan haru ketika berdiri di sana bersama mereka.

Wanita muda di counter menanyai lelaki itu apa yang mereka inginkan. Ia berkata, "Kopi saja, Nona" karena hanya itulah yang mampu mereka beli. (Jika mereka ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh mereka, mereka harus membeli sesuatu. Ia hanya ingin menghangatkan badan). Kemudian saya benar-benar merasakannya - desakan itu sedemikian kuat sehingga saya hampir saja merengkuh dan memeluk lelaki kecil bermata biru itu. Hal itu terjadi bersamaan dengan ketika saya menyadari bahwa semua mata di restoran menatap saya, menilai semua tindakan saya.

Saya tersenyum dan berkata pada wanita di belakang counter untuk memberikan saya dua paket makan pagi lagi dalam nampan terpisah. Kemudian saya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu sebagai tempat istirahatnya. Saya meletakkan nampan itu ke atas meja dan meletakkan tangan saya di atas tangan dingin lelaki bemata biru itu.

Ia melihat ke arah saya, dengan air mata berlinang, dan berkata "Terima kasih." Saya meluruskan badan dan mulai menepuk tangannya dan berkata, "Saya tidak melakukannya untukmu. Tuhan berada di sini bekerja melalui diriku untuk memberimu harapan."

Saya mulai menangis ketika saya berjalan meninggalkannya dan bergabung dengan suami dan anak saya. Ketika saya duduk suami saya tersenyum kepada saya dan berkata, "Itulah sebabnya mengapa Tuhan memberikan kamu kepadaku, Sayang. Untuk memberiku harapan." Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan pada saat itu kami tahu bahwa hanya karena Kasih Tuhan kami diberikan apa yang dapat kami berikan untuk orang lain.

Hari itu menunjukkan kepadaku cahaya kasih Tuhan yang murni dan indah. Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah, dengan cerita ini ditangan saya. Saya menyerahkan "proyek" saya dan dosen saya membacanya. Kemudian ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkan saya membagikan ceritamu kepada yang lain?" Saya mengangguk pelahan dan ia kemudian meminta perhatian dari kelas. Ia mulai membaca dan saat itu saya tahu bahwa kami, sebagai manusia dan bagian dari Tuhan, membagikan pengalaman ini untuk menyembuhkan dan untuk disembuhkan..

Dengan caraNya sendiri, Tuhan memakai saya untuk menyentuh orang-orang yg ada restoran tersebut, suamiku, anakku, guruku, dan setiap jiwa yang menghadiri ruang kelas di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan satu pelajaran terbesar yang pernah saya pelajari: PENERIMAAN YANG TAK BERSYARAT.

Banyak cinta dan kasih sayang yang dikirimkan kepada setiap orang yang mungkin membaca cerita ini dan mempelajari bagaimana untuk MENCINTAI SESAMA DAN MEMANFAATKAN BENDA-BENDA BUKANNYA MENCINTAI BENDA DAN MEMANFAATKAN SESAMA.


Bagian Terpenting Dari Tubuhmu

Ibuku selalu bertanya padaku, apa bagian tubuh yang paling penting.

Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab, "Telinga, Bu." Tapi, ternyata itu bukan jawabannya.

"Bukan itu, Nak. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakan lagi nanti."

Beberapa tahun kemudian, aku mencoba menjawab, sebelum dia bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini aku memberitahukannya. "Bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita."

Dia memandangku dan berkata, "Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta."

Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, "Bukan. Tapi, kamu makin pandai dari tahun ke tahun, Anakku."

Akhirnya tahun lalu, kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Bahkan, ayahku menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek.

Dia bertanya padaku, "Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?"

Aku terkejut ketika Ibu bertanya pada saat seperti ini. Aku sering berpikir, ini hanyalah permainan antara Ibu dan aku. Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, "Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar-benar "hidup".

Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku telah memberitahukan kamu kenapa. Tapi, hari ini adalah hari di mana kamu harus mendapat pelajaran yang sangat penting." Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air. Dia berkata, "Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu."

Aku bertanya, "Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?"

Ibu membalas, "Bukan, tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis. Kadang-kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap, kamu punya cukup kasih sayang dan teman-teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis kapan pun kamu membutuhkannya."

Akhirnya, aku tahu.

Bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri.
Tapi, simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain.

Orang akan melupakan apa yang kamu katakan.
Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan.
Tapi, orang TIDAK akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti.

Friday, March 4, 2011

Koran Komisariat UNPAD Maret


Saatnya Bersatu
Beberapa bulan yang lalu kita selalu melihat perseteruan antara LPI dan PSSI. LPI dinyatakan ilegal dan bukan sebuah turnamen yang diakui oleh FIFA. PSSI juga membuat sanksi kepada setiap pemain yang berlaga di LPI tidak dapat memperkuat timnas.
Tentu hal itu bukan menjadi harapan kita. Kita mengingginkan supaya pemain yang berlaga di LPI dapat memperkuat timnas. Banyak pemain  hebat yang ingin membela timnas Indonesia berlaga di LPI, tetapi dengan adanya sanksi tersebut mereka seperti patah semangat untuk dapat membela timnas Indonesia. Mereka sekarang berharap supaya mereka dapat membela timnas Indonesia biarpun berlaga di LPI.
Sebaiknya LPI dan PSSI duduk bersama untuk menyelesaikan perseteruan ini. Saya sangat mengingginkan masalah ini cepat selesai untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Seluruh bangsa Indonesia ingin melihat pasukan garuda mengangkat trofi lagi, kami ingin melihat suatu kemajuan didalam sepak bola Indonesia bukan ingin melihat sepak bola Indonesia yang sudah merosot menjadi lebih merosot lagi.
LPI dan PSSI pasti mempunyai visi untuk memajukan sepak bola Indonesia menjadi lebih baik. Menurut saya visi itu tidak akan terwujud sebelum adanya kesatuan antara LPI dan PSSI. Bravo sepak bola Indonesia.     
-          Dior (Kabid. Internal Komisariat Unpad GMKI Bandung)        -
Terbit di Koran bola edisi Senin-Rabu, 31 Januari – 2 Februari 2011 (No. 2.152)

Masalahmu tidak sebesar masalahnya...bersyukurlah.
Senin, 28 Februari 2011.

Kurasa hari itu adalah hari yang sangat berat untuk berlalu, 24 jam serasa lambat mengalun.
Hari ini bertubi – tubi masalah yang menghampiri. bahkan hal yang sudah pasti berada dalam genggaman tangan bisa begitu saja lenyap, entah angin dari belahan dunia mana yang menyambarnya...serasa tidak percaya memang...namun inilah faktanya.
dan Malam itu  angin malam  membawaku bertemu dengan fikri, seorang anak yang sedang menjajakan bunga dibawah jalan layang Cikapayang, Dago. Sambil memegang sebungkus jus jeruk aku mengamati apa yang dilakukan anak ini.
Badannya mungil, sesuai dengan usianya yang baru menginjak 9 tahun. Fikri dengan pakaian seadanya sangat semangat menggenggam bunga yang boleh jadi bekal makan untuk esok hari jika terjual. begitu lampu merah menyala, kakinya berlari spontan menghampiri mobil yang berhenti, menawarkan bunga.
Ia berjualan bersama kakaknya, Sri namanya kelas anak yang baru duduk di kelas 5 SD, dan bersama sesosok pria, ayahnya fikri berujar,  yang selalu menggandeng tangan Sri sambil berjalan meraba - raba. Iyap, beliau tidak dapat melihat cahaya. ini masalah bagi fikri??tentu.
Belum habis rasa kagumku akan anak yang satu ini, pertanyaan selanjutnya yang kulontarkan : Ibunya mana??
fikri dengan senyum simpul menjawab : dirumah a' . aku tidak habis pikir, kenapa seorang ibu tega membiarkan anaknya yang masih seusia fikri berjualan di malam hari, sementara seharusnya ia menghabiskan waktunya dengan belajar dan bermain sementara sosok yang seharusnya mengayominya nyaman dengan kondisinya di rumah, membiarkan anak dan suaminya mengais rezeki hingga malam menjelang. Ternyata bunyi sedotan jus jeruk yang kubawakan menghantarkan fikri menyampaian hal yang membuatku terperanga, ternyata ibu dari anak ini menderita kelumpuhan permanen yang mengharuskannya tinggal dirumah. hal sederhana yang kupikirkan saat itu,  kurang besar apa msalah yang dihadapi anak ini??namun ia seolah menghadapinya dengan keceriaan, hingga seolah itu bukan masalah baginya...anak yang luar biasa...tersenyum dibaik masalah.

malam itu aku menganggap,  masalahku sudah menjadi masalah terberat sedunia, membuatku merasa ingin mengasingkan diri ke dunia yang tanpa masalah...yang hanya penuh dengan tawa, dan kebahagiaan. Namun ternyata begitu mudah menemukan masalah yang lebih rumit dan lebih berat dari apa yang ku alami.hanya perlu kurang dari 50 ml bensin. jadi tidak ada alasan untuk jadi orang yang selalu menggerutu dan mengeluh dengan masalah..

karena :
Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat di malam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi. Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku! Sesaat kemudian, bukan kematian yang kita terima, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang. Bila anda tak berani mengatasi masalah, anda tak akan menjadi seseorang yang sejati. 

Bersyukurlah untuk masalah yang ada, ini anugerah.
Karena Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah msalah yang menantang...:)

-          Paulus Lubis (Ketua Badan Pengurus Cabang GMKI Bandung)      -

Dibalik Kisah Seorang Papa

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,

tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......

Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...

Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja....

Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...

Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?

"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...

Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa....

Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...

Papa harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?

Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.

Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.

Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"

Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.

Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Papa tahu.....

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....

Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....

Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

Hati Seorang Ayah                                                                 

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya, "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman : "Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa
penasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. "

"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia dan BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia dan Akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya." AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH."

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah.