Tuesday, February 28, 2012

KEHIDUPAN BERSAKSI DAN TANTANGAN KEPEMIMPINAN

Oleh: Sahat H.M.T. Sinaga, S.H, M.Kn,


Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, diantaranya : Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok. Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial. Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handle orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan perbedaan sedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah. Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.

Dimensi pelayanan tak bisa dilepaskan dari karakter kepemimpinan. Menjadi pemimpin berarti belajar untuk mendengarkan. Belajar untuk menjadi bijaksana dalam mengambil keputusan. Dalam memimpin dibutuhkan tanggung jawab dan komitmen yang kuat untuk mengangkat semangat hidup. Mendengarkan orang lain, rela turun ke bawah, hidup bersama dengan orang lain tanpa melihat status dan jabatan. Merasakan suka dan duka dengan orang yang dipimpinnya. Membangkitkan harapan orang lain yang hilang karena persoalan kemanusiaan yang dialami. Pemimpin tahu kondisi hidup orang lain yang didampingi.

Model kepemimpinan Yesus, menjadi model kepemimpinan para pelayan umat masa kini. Yesus adalah pemimpin yang berjiwa pelayan, bukan pelayan yang berjiwa pemimpin. Ia adalah pemersatu dan sumber keselamatan. Ia hadir di tengah umat-Nya dan menjadi sumber sukacita abadi. Ia berjalan sambil mewartakan kabar baik. Ia Sang Pemimpin sejati. Model kepemimpinan-Nya dinyatakan dalam pelayanan tanpa pamrih. Inilah model pelayanan sejati.

Kesaksian hidup seorang pemimpin, penting di tengah umat. Kehadirannya masih dirindukan dan dinantikan umat. Cara sang pemimpin umat berada dan keberadaannya, ditantang untuk berjuang bersama orang lain. Terjun dalam realitas hidup yang kompleks. Berani bersaksi di tengah badai jaman yang bergelora. Bersama umat, ia membangun semangat persaudaraan, kerja sama, solidaritas, saling menghargai satu sama lain agar terciptalah iklim hidup bersama yang aman, damai dan sejahtera. Membangun keterbukaan dan saling mendukung dalam karya dan peran masing-masing. Dengan membangun kesaksian hidup yang nampak dalam keteladanannya, maka kerinduan umat akan pelayan umat yang berkualitas bisa terjawab.

Bila keteladanan seorang pemimpin tidak ditampakkan dalam perbuatannya, maka hal itu sia-sia, tidak ada hasil. Kalai ia cerdas, bijaksana, sopan, cara berbicaranya bagus, tentu orang akan memberi apresiasi. Ini masih dalam tingkat budaya verbal. Tapi ketika ide-ide itu tidak membumi, banyak orang akan mengatakan, tadi yang disampaikan di mimbar adalah candu. Orang akan dibuatnya terpesona sesaat namun dampaknya melemah karena sikap hidupnya tidak sesuai dengan apa yang dikatakan. Pengembangan sikap hidup yang baik, menjadi kriteria utama.

Dalam praktek kehidupan masa kini dimana kecenderungan hidup dalam takaran materi, kerap kali orang "tergoda" untuk melanggar norma dan hukum, bahkan firman Tuhan, dalam kerangka untuk mengumpulkan harta dan mendapat posisi "terhormat". Menghadapi hal yang dimulai tentu memerlukan "tahan uji" dan senantiasa "mengucap syukur" atas apa yang dianugerahkan Tuhan kepada saya. Peran pengaruh lingkungan sekitar (terutama istri dan anak-anak) dalam keluarga sangat besar dalam menjalani sikap kepemimpinan yang konsisten. Dengan demikian hidup pemimpin mestilah senantiasa belajar untuk menjadi "yang dipimpin" oleh Tuhan Allah mendekatkan diri dalam persekutuan-persekutuan anak-anak Tuhan.


Disampaikan dalam kegiatan "Latihan Organisasi dan Latihan Kepemimpinan Pemuda-Pemudi Bandung"
26 Februari 2012